Menulis buku dalam seminggu sepertinya menjadi hal yang mustahil bagi penulis pemula seperti saya. Karena untuk membuat satu resume saja butuh waktu berjam-jam untuk mengotak-atik kata hingga tersusun menjadi kalimat yang enak dibaca. Itu saja terkadang masih belum mantap dan percaya diri untuk mempublikasikannya.
Malam ini merupakan pertemuan ke-19 Pelatihan Belajar Menulis bersama Omjay pada gelombang 17. Tidak terasa selangkah lagi saya akan menyusun resume hasil pelatihan menjadi sebuah buku solo. Semoga saya bisa menyelesaikan tantangan tersebut sampai terwujud satu buku solo sesuai dengan harapan.
Pertemuan kali ini terasa sangat spesial karena Prof. Richardus Eko Indrajit hadir sebagai narasumber pada Senin, 15 Februari 2021 dengan mengangkat tema Kiat Menulis Buku Dalam Seminggu . Moderator geulis Teh Aam Nurhasanah, S.Pd selalu siap dan setia mendampingi hingga purnanya acara.
Prof. Richardus Eko Indrajit lahir di Jakarta, 24 Januari 1969. Prof. Eko adalah seorang akademisi dan pakar teknologi informatika dari Indonesia. Selain dikenal sebagai pakar teknologi, Prof. Eko merupakan seorang pendidik, narasumber berbagai seminar, loka karya, dan penulis buku serta jurnal yang telah dipublikasikan di dalam maupun luar negeri. Untuk mengenal lebih dalam tentang Prof. Eko, kita dapat berkunjung ke link https://id.wikipedia.org/wiki/Richardus_Eko_Indrajit.
Bagi Prof. Eko menulis adalah hal yang sangat mudah. Menulis dapat dimulai dengan menuliskan hal-hal paling mudah yang pernah kita alami. Menurut Prof. Eko, ada beberapa tips untuk menakhlukkan tantangan menulis dalam seminggu, diantaranya :
Pertama :
Mengubah berkomunikasi via oral (mulut) ke dalam via tulisan. Itu adalah salah satu hal yang paling sederhana untuk menulis.
Kedua :
Pilihlah satu topik yang sangat disukai dan dikuasai. Namun jangan ceritakan pengalaman tersebut ke orang lain via obrolan (mulut/verbal), tetapi lakukan dengan cara menuliskan apa yang ingin diomongkan via tulisan.
Ketiga :
Menulis satu halaman per hari. Jika menulis sudah menjadi kebiasaan, kita naikkan porsinya menjadi 2-5 halaman per hari.
Keempat :
Luangkan waktu untuk menulis. Kita harus siap berkomitmen untuk meluangkan waktu paling tidak 2 jam sehari untuk tidak diganggu siapapun. Karena untuk penulis pemula, ketenangan sangatlah dibutuhkan.
Kelima :
Ubahlah tujuan menulis yang awalnya untuk publikasi menjadi suatu hal yang dapat menyenangkan hati. Karena kebahagiaan sangat penting untuk meningkatkan imunitas tubuh terutama saat pandemi.
Keenam :
Fokuskan pada orang yang menyukai dan memuji tulisan kita. Tidak perlu menghiraukan mereka yang mencemooh atau menghina kita.
Ketujuh :
Carilah referensi sebanyak mungkin, baru kemudian kita mulai menulis sampai tuntas. Sumber atau referensi merupakan pendukung ide atau gagasan yang kita tulis.
Demikian uraian materi dari Prof. Eko tentang Kiat Menulis Buku Dalam Satu Minggu. Semoga yang beliau sampaikan bermanfaat untuk kita semua. Meskipun saya belum mampu untuk menerima tantangan menulis dalam satu minggu, setidaknya memperoleh pelajaran berharga untuk meneladani semangat dan perjuangan Prof. Eko.
Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan nama. Artinya bahwa dari dulu nenek moyang kita ingin agar kita menulis, karena hanya dengan menulis maka kita dapat hidup seribu tahun lagi.
Menulis adalah doa, menulis adalah cinta, menulis adalah karya, menulis adalah jiwa, menulis adalah manusia.
Salam Literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar